Dalam hubungan, masalah keuangan sering kali menjadi sumber konflik yang tak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Banyak pasangan terlihat harmonis di luar, tapi ternyata sedang mengalami toxic financialship, sebuah kondisi hubungan yang tidak sehat secara finansial. Meski jarang disadari, toxic financialship bisa merusak kepercayaan, menimbulkan ketergantungan, dan menghancurkan kestabilan finansial individu.
Tak hanya berdampak pada dompet, toxic financialship juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional. Sobat mungkin merasa cemas, tidak berdaya, atau terus-menerus menyalahkan diri sendiri karena merasa gagal mengatur keuangan dalam hubungan. Yuk, kenali lebih dalam apa itu toxic financialship dan ciri-ciri yang harus Sobat waspadai sebelum semuanya terlambat.
Apa Itu Toxic Financialship?
Secara sederhana, toxic financialship merupakan bagian dari toxic relationship yang berfokus pada aspek keuangan. Istilah ini merujuk pada kondisi ketika salah satu pihak terus-menerus menggantungkan finansialnya pada orang lain tanpa rasa tanggung jawab atau itikad untuk mandiri.
Uniknya, dalam toxic financialship, hubungan bisa tampak normal. Pelaku mungkin tidak bersikap kasar, tidak merendahkan, bahkan bisa tampak perhatian. Tapi di balik semua itu, mereka hanya menjadikan pasangan atau temannya sebagai “dompet berjalan.” Korban pun perlahan merasa lelah secara mental dan terkuras secara finansial.
Masalah seperti meminjam uang tanpa mengembalikan, memaksa membayar segala kebutuhan pribadi, hingga mengontrol lewat uang adalah bentuk-bentuk nyata dari hubungan yang sudah tidak sehat ini.
Ciri-Ciri Toxic Financialship
1. Kontribusi Tak Seimbang
Ciri paling mencolok dari toxic financialship adalah ketimpangan dalam kontribusi. Dalam hubungan yang sehat, kedua pihak semestinya berkontribusi sesuai kemampuan, baik itu bayar makan bareng, nonton, atau sekadar traktiran kecil-kecilan.
Namun dalam hubungan yang beracun, salah satu pihak nyaris tidak pernah mengeluarkan uang, bahkan menganggap itu adalah tanggung jawab pasangannya. Lambat laun, ini bukan soal pengeluaran kecil lagi, tapi menyangkut biaya hidup, cicilan, bahkan utang.
Parahnya lagi, si pelaku sering tidak merasa bersalah. Mereka mungkin berkata, “Kan Sobat yang punya gaji lebih,” atau “Kalau sayang, Sobat pasti bantuin.” Kalimat-kalimat manipulatif seperti ini menjadi alarm bahwa hubunganmu sedang berada di jalur toxic financialship.
2. Pasangan Sering Berutang Tanpa Itikad Baik
Berhutang pada pasangan bukan hal tabu—selama ada komunikasi dan niat membayar. Tapi dalam toxic financialship, utang menjadi alat manipulasi. Pihak pelaku berutang tanpa rasa tanggung jawab, bahkan sering tidak mengembalikannya.
Lebih dari itu, mereka bisa juga meminjam uang dari orang lain, lalu melibatkan pasangannya untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Korban akhirnya harus ikut menanggung beban keuangan yang bukan tanggung jawabnya.
Biasanya, pelaku toxic financialship juga punya pola yang berulang: selalu punya alasan kenapa mereka harus berutang, dan selalu ada cerita sedih yang membuat korban merasa bersalah jika tidak membantu.
3. Manipulasi Melalui Uang
Ternyata toxic financialship tidak hanya terjadi karena salah satu pihak kekurangan uang. Justru, yang memiliki kuasa finansial lebih pun bisa jadi pelaku. Bagaimana caranya? Dengan menjadikan uang sebagai alat kontrol.
Misalnya, pelaku mengancam tidak akan membiayai pendidikan, kebutuhan hidup, atau bahkan jalan-jalan jika pasangan tidak menuruti kemauannya. Ini bukan bantuan tulus, tapi transaksi penuh tekanan.
Dalam kondisi seperti ini, korban sering kali merasa tidak punya pilihan. Demi bertahan, mereka rela mengorbankan keputusan pribadi—karier, pendidikan, bahkan impian—karena semua sudah dikendalikan oleh uang milik pasangannya.
Jika Sobat merasa terjebak dalam toxic financialship, ketahuilah bahwa Sobat tidak sendirian. Banyak orang mengalaminya tanpa sadar karena dibungkus dengan label cinta, perhatian, atau loyalitas. Tapi jangan biarkan hubungan finansial yang tidak sehat ini menghalangi Sobat dari kebebasan dan stabilitas yang Sobat layak dapatkan.
Salah satu cara terbaik untuk keluar dari hubungan seperti ini adalah dengan membangun kemandirian finansial. Mulailah dari langkah sederhana namun berdampak besar seperti berinvestasi emas digital di Treasury. Dengan modal mulai dari Rp5.000, Sobat bisa menata masa depanmu sendiri tanpa perlu bergantung pada siapa pun.
Ingat, Sobat berhak memiliki kontrol atas uangmu sendiri. Jadi, yuk, putuskan siklus toxic financialship dan mulai bertumbuh secara finansial bersama Treasury. Saat Sobat bisa bilang “aku bisa urus uangku sendiri,” di situlah kebebasan sebenarnya dimulai.