Harga emas sepekan ke depan diperkirakan tidak akan terlalu gejolak karena tidak ada data ekonomi utama yang akan dirilis Amerika Serikat. AS hanya akan merilis data utama yakni perdagangan Agustus pada Rabu serta klaim pengangguran pada Kamis mendatang. Namun beberapa analis mencatat bahwa harga emas tidak memiliki momentum yang cukup untuk menembus wilayah bullish.
Harga emas hari ini Senin (09/04/2023) di platform Treasury merangkak naik. Harga emas dibuka pada harga Rp982.149 per gram dan terus bergerak naik hingga Rp984.455 per gram (pukul 08:48 WIB). Sementara hari ini harga emas di platform Treasury naik Rp2.934 dari pembukaan awal atau ada kenaikan 0.3 persen.
Sedangkan harga emas di pasar spot pada perdagangan pada hari ini, Senin (4/9/2023) pukul 05:26 WIB ada di posisi US$ 1.939,14 per troy ons atau menguat 0,02% Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas melemah 0,05% pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (1/9/2023). Harga emas mengalami pemulihan yang solid dari posisi terendah beberapa bulan di bulan Agustus pada minggu lalu.
Diperkirakan harganya masih berpotensi menguat hingga akhir tahun, kendati terdapat sejumlah sentimen negatif. Research & Development ICDX Revandra Aritama menjelaskan, pergerakan harga emas masih dibayangi sentimen pengetatan kebijakan suku bunga bank sentral AS yang membuat dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Emas dunia ditransaksikan dengan dolar sehingga penguatan mata uang tersebut membebani aksi beli pelaku pasar yang memegang mata uang lainnya.
Review Harga Emas Pekan Lalu
Secara keseluruhan, emas masih menguat 1,27% pada pekan lalu. Artinya, dalam dua pekan terakhir, harga emas sudah menguat terus setelah ambruk pada empat pekan beruntun pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus. Seminggu terakhir, emas berjangka bulan Desember terdorong ke level tertinggi dalam tiga minggu, sempat mencapai $1.980.20 per ounce pada hari Jumat menyusul laporan nonfarm payrolls yang tidak terlalu bagus.
Data ekonomi AS sejauh ini masih menunjukkan arah yang saling berlawanan. Di satu sisi, pengangguran AS naik tetapi di sisi lain aktivitas manufaktur mulai membaik. Seperti diketahui, pada Jumat kemarin, AS merlis sejumlah data penting mulai dari pengangguran pada Agustus, non-farm payrolss Agustus, serta aktivitas manufaktur Agustus.
Pengangguran AS secara mengejutkan melesat menjadi 3,8% pada Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 3,5% ataupun pada Juli yang tercatat 3,5%. Namun, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls naik menjadi 187.000 pada Agustus. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan 157.000 pada Juli ataupun ekspektasi pasar (170.000). Aktivitas manufaktur AS yang terekam dalam ISM Manufacturing juga naik menjadi 47,6 pada Agustus, dari 47 pada Juli.
Pada Senin pekan lalu, AS juga merevisi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 menjadi 2,1% (year on year/yoy) dari proyeksi sebelumnya 2,4%. Kenaikan angka pengangguran dan revisi ke bawah pertumbuhan menjadi kabar baik bagi pelaku emas karena menunjukkan pasar tenaga kerja dan ekonomi AS sudah mendingin.
Hal ini membuka peluang inflasi turun sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa melunak. Namun, data yang masih bagus pada non-farm payrolls dan ISM Manufacturing menjadi katalis negatif. Dua data itu menunjukkan di sektor lain, ekonomi AS memang masih kencang sehingga sulit membuat inflasi turun cepat.
“Data ISM menahan penguatan emas. Dengan data-data yang beda ini pelaku emas akan mencari indikator lain untuk mengetahui seperti apa ekonomi AS dan dampaknya ke kebijakan The Fed,” ujar analis independen Tai Wong, dikutip dari Reuters.
The Fed akan menggelar pertemuan pada 19-20 September ini. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7% memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menimpali, meski terdapat sentimen negatif terkait kondisi makroekonomi, harga emas dunia masih berpotensi naik. Namun, kenaikannya akan berfluktuasi merespons data-data ekonomi AS yang menjadi pertimbangan Fed dalam langkah kebijakan suku bunga ke depan. Ia melihat saat ini Fed lebih fokus pada data tenaga kerja dan pendapatan pekerja, lantaran data tersebut merupakan faktor utama pada tingkat inflasi. Selain itu ada data pertumbuhan PDB dan aktifitas manufaktur.
Lukman pun menilai, level US$ 1.900 masih kuat dan merupakan harga support yang ideal untuk investor masuk. Namun, ia mengingatkan, harga emas umumnya mulai tertekan menjelang FOMC dan pidato Powell dan harga akan rebound setelah itu. “Investor baiknya menghindari pembelian sebelum event-event tersebut,” katanya.
Saatnya Investasi Emas, Mulai dari Rp5.000-an
Sobat Treasury, tren naik turunnya harga emas harian tak perlu dikhawatirkan karena secara akumulatif pasti ada tren kenaikan setiap tahunnya, sebab idealnya harga emas memang investasi jangka menengah dan jangka panjang. Kini, Sobat Treasury bisa membeli emas dengan cukup mudah dan murah lho!. Kamu juga bisa membelinya secara online melalui aplikasi smartphone. Treasury menjadi platform yang tepat bagimu untuk investasi emas. Harga logam mulia yang ditawarkan sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu.
Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI. Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI.
Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa menumbuhkan asetmu s.d 9% p.a di fitur Panen Emas atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah. Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini!
Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!