Belakangan ini beredar viral seorang nasabah pinjaman online yang mengakhiri hidupnya pada Mei 2023 karena gagal bayar dan tak kuat menghadapi ancaman dari penagih pinjaman online. Tentu kamu tak mau dong ini terjadi, juga pada kerabat dan teman dekat. Namun ternyata mayoritas pengguna pinjaman online dan mereka yang terjerat dalam di dalamnya adalah generasi muda lho!
Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah rekening penerima pinjol aktif berusia 19-34 tahun mencapai 10,91 juta penerima dengan nilai pinjaman sebesar Rp26,87 triliun pada Juni 2023. Kemudian, di urutan kedua, disusul peminjam berusia 35-54 tahun dengan 6,49 juta dan pinjaman sebesar Rp17,98 triliun pada Juni 2023. Jumlah itu meningkat 2,7% secara bulanan (m-to-m) dan 43,5% secara tahunan (yoy).
Anak muda sekarang terjebak dengan kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, tekanan ekonomi, pembiayaan pendidikan, dan tingkat literasi pinjaman yang rendah. Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor penting yang menyebabkan masalah utang, yang tidak hanya berdampak pada kalangan dewasa muda, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Masalah ini semakin memprihatinkan karena pendapatan pemuda lebih rendah daripada utang mereka dari pinjaman online. Artinya hidup para anak muda ini sama seperti pribahasa ‘lebih besar pasak daripada tiang’.
Nailul Huda, Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF mengatakan mayoritas usia muda terjerat pinjol karena untuk memenuhi gaya hidup semata, seperti membeli pakaian, gawai, traveling dan konser. Perilaku konsumtif di usia muda saat ini bukan untuk kebutuhan. Secara historis, generasi yang lebih tua cenderung menghindari utang, bahkan untuk pembelian besar seperti mobil. Sebaliknya, generasi yang lebih muda seperti Generasi X dan Z lebih terbuka untuk berutang demi memenuhi hasrat gaya hidup, seperti menghadiri konser dan pergi berlibur.
Fenomena maraknya penggunaan produk pinjaman online (pinjol) atau Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. ResearchAndMarkets.com bahkan memproyeksikan pembayaran tahunan BNPL di Amerika Serikat akan mencapai 51,6% atau setara US$ 2.133,0 juta pada 2023.
Kalangan generasi muda menjadi konsumen paling banyak yang menggunakan fiturpaylaterdi AS. Survei PYMNTS menunjukkan bahwa generasi muda menghabiskan rata-rata US$ 1.692 (Rp 25,94 juta) melalui BNPL, ketimbang generasi lebih tua yang rata-rata US$ 1.006 (Rp 15,42 juta).
Bahaya Jebakan FOMO
Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman berdampak pada perilaku manusia di masing-masing generasi, temasuk dalam urusan pengelolaan keuangan. Paparan sosial media dan tekanan di lingkungan pertemanan bisa menyebabkan perasaan takut tertinggal tren kekinian atau biasa disebut FOMO. Sehingga, tidak jarang kita generasi muda sekedar ikut-ikutan dalam berbagai hal. Pada saat bersamaan, kemudahan pengajuan pinjaman ikut mendukung jebakan FOMO, membuat generasi muda mengambil keputusan keuangan tanpa persiapan matang.
Dengan demikian, FOMO berpotensi untuk merugikan diri sendiri karena menjerumuskan untuk melakukan sesuatu yang kita tidak siap. “Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh Gen X dan Z agar memiliki keuangan yang sehat adalah dengan melepaskan diri dari FOMO,” tutur Investment Specialist Dimas Ardhinugraha.
Hidup Boleh YOLO tapi Punya Planning
Tidak ada larangan anak muda untuk menikmati hidup atau yang dalam bahasa slang sering disebut dengan istilah YOLO (You Only Live Once). Tapi Anak juga muda juga harus punya daftar skala prioritas keuangan. Dengan uang yang terbatas dan keinginan yang tanpa batas, memiliki daftar skala prioritas keuangan tentunya bisa membantu kita agar terhindar dari masalah ekonomi. Penyusunan skala prioritas dapat dilakukan dengan mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Contoh kebutuhan antara lain biaya transportasi dan makan sebulan, sewa rumah, listrik, dan lain-lain. Sedangkan contoh keinginan antara lain skin care, tiket konser, tiket liburan, staycation, dan lain-lain.
“Agar memiliki keuangan yang sehat, belanjakan uang kita sesuai dengan daftar skala prioritas, dimulai dari urutan teratas,” kata Dimas lagi.
Tetap Melek Investasi
Generasi muda juga harus memiliki keputusan penempatan investasi dengan berbekal pengetahuan yang cukup, bukan sekedar ikut-ikutan. Gerakan melek emas di kalangan anak muda memang masih minim. Menurut analis, bukan karena kinerja emas yang menurun. Namun karena kurangnya daya pikat emas terhadap generasi milenial dan dianggap old school dan butuh modal besar.
Padahal sekarang ini ada emas digital sebagai instrumen investasi. Anak muda memang idealnya sadar emas untuk masa depan mereka mengingat emas adalah instrumen yang lindung nilai dan punya likuiditas yang cair jika suatu saat mereka butuh uang cepat.
Saatnya Investasi Emas, Mulai dari Rp5.000-an
Sobat Treasury, buat kamu yang khawatir jika butuh dana besar di investasi emas, kamu bisa membeli emas dengan mudah dan murah, mulai dari Rp5 ribu di Treasury!
Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI. Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI.
Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa punya tabungan emas berjangka dengan bunga s.d 9% p.a di Panen Emas. Atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah, pencairan dananya cepat lho! Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini!
Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!