Harga emas dunia hari ini Rabu, 9 Juli 2025 dibuka menguat tipis setelah sesi perdagangan yang penuh tekanan dan volatilitas tinggi sehari sebelumnya. Sentimen pasar masih dipengaruhi oleh tarik-ulur kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat serta sikap Presiden Donald Trump yang dinilai tidak konsisten.
Pagi ini harga emas dunia tercatat naik 0,08% ke level USD3.303,18 per troy ons. Kenaikan ini mengikuti penguatan sebelumnya sebesar 1,04% pada Selasa, 8 Juli 2025 yang membawanya ke harga USD3.300,44 per troy ons. Namun, harga penutupan itu masih menjadi yang terendah sejak 27 Juni 2025 sehingga menunjukkan bahwa tekanan jual masih dominan.
Harga emas sempat anjlok lebih dari 1% dalam perdagangan di tengah hari kemarin. Penurunan tersebut dipicu oleh optimisme pasar terhadap tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan beberapa mitra utamanya, yang mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Situasi diperparah oleh penguatan indeks dolar Amerika Serikat, yang naik 0,04% ke 97,52, serta kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat dengan tenor 10 tahun sebesar 0,50% ke level 4,4170% yang mana menjadi level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Hal ini membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.
Di sisi geopolitik, Jepang dan Korea Selatan pada Selasa menyatakan bahwa mereka akan bernegosiasi ulang dengan Amerika Serikat untuk menghindari dampak dari tarif tinggi yang direncanakan Trump mulai 1 Agustus. Dinamika ini menciptakan volatilitas pasar yang luar biasa selama dua pekan terakhir.
Harga Emas Hari Ini Rabu, 9 Juli 2025 di Indonesia
Berbeda dengan arah harga emas dunia yang mencatat kenaikan tipis, harga emas di Indonesia hari ini Rabu, 9 Juli 2025 justru mengalami penurunan. Harga beli emas Antam turun cukup signifikan, yakni Rp12.000 dari Rp1.906.000 per gram menjadi Rp1.894.000 per gram. Penurunan ini menandai pembalikan arah dari penguatan di hari sebelumnya.
Harga buyback atau harga jual kembali emas Antam juga mengalami penurunan dengan jumlah yang sama, yakni Rp12.000, dari sebelumnya Rp1.750.000 menjadi Rp1.738.000 per gram. Koreksi ini membuat spread antara harga beli dan harga jual tetap stabil, menunjukkan bahwa pasar emas fisik tetap berada dalam kisaran yang sehat.
Di pasar digital, harga emas di aplikasi Treasury juga mencerminkan tren penurunan. Pada Rabu, 9 Juli 2024 pukul 12.00 WIB, harga beli emas di platform Treasury tercatat berada di angka Rp1.788.194 per gram, turun sekitar Rp8.000 dari posisi sebelumnya yaitu di Rp1.796.431 per gram.
Prediksi Harga Emas Mendatang
Arah pergerakan harga emas dalam waktu dekat masih akan ditentukan oleh perkembangan kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat. VP dan ahli strategi logam di Zaner Metals, Peter Grant, mengungkapkan bahwa saat ini para investor sedang fokus pada dampak perdagangan karena batas waktu semakin dekat dan pemerintahan Trump meningkatkan tekanan.
Di sisi lain, pelaku pasar tengah menantikan rilis risalah rapat kebijakan The Fed yang akan diumumkan hari ini. Beberapa pejabat The Fed juga dijadwalkan menyampaikan pandangan mereka pekan ini, yang diharapkan dapat memberikan sinyal lebih jelas tentang arah kebijakan suku bunga dan pandangan terhadap inflasi serta kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Seorang ekonom dari Capital Economics, Hamad Hussain, menyatakan bahwa ancaman inflasi masih ada karena kebijakan tarif yang mungkin akan mendorong The Fed untuk menunda pemotongan suku bunga hingga tahun depan sehingga akan berdampak pada harga emas yang cenderung akan bergerak turun.
Pernyataan di atas mencerminkan pandangan sebagian analis bahwa kebijakan fiskal dan tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat bisa membatasi ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga dalam jangka pendek. Meskipun demikian, saat ini pasar masih memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun.
Secara teknikal, tren harga emas berada dalam kondisi bearish. Indikator Relative Strength Index (RSI) emas berada di level 46, yang menunjukkan bahwa tekanan jual masih mendominasi. Namun karena RSI belum jauh dari angka 50, maka tren ini masih bisa berubah jika ada faktor pendorong kuat.