Trivia
Mengenal Apa Itu Emotional Spending dan 5 Cara Mencegahnya!
Hanan Yanuar
Selasa, 28 Januari 2025
apa itu emotional spending

Pernahkah Sobat tiba-tiba membeli sesuatu hanya karena sedang merasa stres, marah, atau sedih? Atau merasa senang setelah checkout barang yang sebenarnya tidak Sobat butuhkan? Jika iya, bisa jadi Sobat sedang mengalami emotional spending. Kebiasaan ini sering kali tidak disadari, tetapi bisa berdampak besar pada kondisi keuanganmu dalam jangka panjang.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang emotional spending dan bagaimana cara mencegahnya. Dengan mengenali pemicu dan belajar mengelola emosi, Sobat bisa mengambil kendali atas keputusan keuanganmu dan mencegah pengeluaran yang tidak perlu.

Apa Itu Emotional Spending?

Emotional spending adalah kebiasaan belanja yang dipicu oleh emosi, bukan kebutuhan nyata. Saat sedang merasa sedih, kesepian, marah, bosan, atau bahkan terlalu senang, sebagian orang mencoba mencari pelarian dengan cara berbelanja. Aktivitas ini memberikan sensasi lega atau bahagia sesaat, tetapi seringkali diikuti dengan penyesalan dan tekanan finansial.

Masalahnya, emotional spending tidak hanya terjadi sekali dua kali. Jika tidak dikendalikan, kebiasaan ini bisa menjadi pola yang terus terulang dan menguras dompet secara perlahan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak awal agar Sobat bisa mengelolanya dengan bijak.

1. Kenali Emosi yang Menjadi Pemicu

Langkah awal untuk menghindari emotional spending adalah mengenali apa saja emosi yang biasanya memicu dorongan untuk belanja. Mungkin Sobat sering belanja online setelah bertengkar dengan pasangan, atau membeli makanan mahal saat merasa jenuh dengan rutinitas kerja.

Dengan mengenali pola emosimu, Sobat akan lebih sadar terhadap kebiasaan belanja yang tidak didasari kebutuhan. Cobalah untuk mencatat suasana hatimu setiap kali ingin melakukan pembelian impulsif. Dari sana, Sobat bisa mulai mengidentifikasi akar masalah dan mencari cara untuk mengatasinya tanpa harus mengandalkan belanja sebagai solusi.

Mengenali emosi bukan berarti menahan diri sepenuhnya, tapi lebih kepada memahami bahwa ada cara lain untuk mengelola perasaan tanpa harus menguras isi dompet.

2. Buat Anggaran untuk Kebutuhan Emosional

Boleh kok belanja sebagai bentuk self-reward atau hiburan, asal dilakukan secara terencana. Sobat bisa membuat anggaran khusus untuk “belanja emosional” dalam batas yang wajar. Misalnya, alokasikan 5-10% dari penghasilanmu untuk membeli barang-barang yang sifatnya menyenangkan tapi tidak esensial.

Dengan cara ini, Sobat tetap bisa menikmati kesenangan dari belanja tanpa merasa bersalah atau terganggu secara finansial. Ini adalah bentuk pengelolaan emotional spending yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

Penting untuk mencatat bahwa membatasi bukan berarti mengekang. Justru dengan memberikan ruang khusus, Sobat bisa lebih terkontrol dan menghindari belanja impulsif yang tiba-tiba muncul saat emosi sedang tidak stabil.

3. Tunda Pembelian dan Beri Waktu untuk Berpikir

Saat muncul dorongan kuat untuk belanja karena emosi, beri dirimu waktu untuk berpikir. Terapkan prinsip “wait 24 hours” atau tunggu minimal satu hari sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu yang tidak direncanakan.

Sering kali, dorongan emotional spending akan mereda setelah emosi negatif berlalu. Jika setelah 24 jam Sobat masih merasa butuh barang tersebut, barulah pertimbangkan kembali berdasarkan logika dan kebutuhan yang sebenarnya.

Menunda pembelian adalah cara sederhana tapi efektif untuk memberi ruang pada otak berpikir lebih jernih. Dengan begitu, Sobat bisa menghindari keputusan yang didasarkan pada perasaan sesaat.

4. Cari Alternatif Aktivitas untuk Mengalihkan Emosi

Belanja bukan satu-satunya cara untuk mengobati rasa stres atau sedih. Alih-alih membuka e-commerce, coba alihkan perhatian ke aktivitas lain yang juga menyenangkan, seperti berjalan-jalan, menonton film, olahraga ringan, atau ngobrol dengan teman.

Mengganti kebiasaan emotional spending dengan kegiatan yang lebih positif dapat membantumu merasa lebih baik secara emosional tanpa harus mengeluarkan uang. Ini adalah salah satu bentuk manajemen diri yang efektif agar emosi tidak mendikte keputusan finansialmu.

Semakin banyak alternatif yang Sobat temukan, semakin mudah untuk mengalihkan fokus dari belanja yang tidak perlu.

5. Gunakan Aplikasi atau Catatan Pengeluaran

Catat semua pengeluaranmu, termasuk yang muncul karena dorongan emosional. Dengan begitu, Sobat bisa mengevaluasi apakah sebagian besar uangmu habis untuk kebutuhan, keinginan, atau emosi.

Banyak aplikasi keuangan yang kini menyediakan fitur untuk mengelompokkan jenis pengeluaran. Ini bisa membantumu mengidentifikasi pola emotional spending yang mungkin tidak Sobat sadari sebelumnya.

Dengan pencatatan rutin, Sobat bisa membuat strategi keuangan yang lebih baik dan mulai memperbaiki kebiasaan buruk dari waktu ke waktu.

Kelola Emotional Spending Bersama Treasury

Mengelola emotional spending bukan hanya tentang menahan diri, tapi juga tentang mengarahkan uangmu ke tujuan yang lebih bermanfaat. Salah satu cara cerdas untuk mengubah kebiasaan belanja impulsif adalah dengan mulai berinvestasi, dan emas digital bisa jadi pilihan yang tepat aman, mudah, dan bisa dimulai dengan nominal kecil.

Bersama Treasury, Sobat bisa mulai investasi emas digital kapan saja dan di mana saja lewat aplikasi. Daripada uangmu habis untuk pembelian yang sifatnya sesaat, investasi emas memberimu peluang untuk membangun masa depan finansial yang lebih stabil. 

Daripada terus-terusan menghabiskan uang untuk belanja yang tidak perlu karena dorongan emosi, lebih baik alihkan dananya untuk investasi emas digital di Treasury. Yuk, mulai kendalikan keuanganmu dari sekarang dan buat setiap rupiah jadi lebih berarti!

 

Artikel Populer
investasi paling aman
Trivia
5 Alasan Emas Digital Jadi Investasi Paling Aman
Jumat, 01 November 2024
Tips Keuangan
Istri Makin Jago Kelola Keuangan dengan Baik Kalau Punya Ini
Rabu, 20 Juli 2022
Retail Therapy
Tips Keuangan, Trivia
Apa Itu Retail Therapy? 5 Keuntungan dan Kerugiannya Untuk Kesehatan Mental dan Finansial
Rabu, 04 September 2024