Sudah tanggal 25, nih! “Pejuang tanggal 25” tentu akan tersenyum karena gaji cair hari ini. Setelah gaji cair, sudah ada banyak hal yang akan dilakukan. Misalnya, mau beli sepeda baru, jajan cantik di kedai kopi, atau tukar tambah smartphone jadi yang terkini.
Sayangnya, gaji kita tidak seperti Doraemon yang bisa mengabulkan banyak permintaan. Pendapatan pun ada batasnya. Jika menutup semua keinginan, tentu tidak bisa cukup. Kalau menutup kebutuhan, Sobat Treasury masih bisa “bernapas” hingga gajian bulan depan.
Caranya, ya, kita harus mengatur keuangan dengan baik, lebih baik sesuai dengan prioritas kebutuhanmu. Sobat Treasury nggak mau, kan, awalnya bisa makan-makan enak saat awal bulan, lalu ujung-ujungnya menahan lapar saat tanggal tua dan “bersahabat” dengan obat maag demi bisa ngirit duit atau justru malah berhutang?
Lalu, bagaimana caranya mengatur gaji agar bisa tetap makan enak hingga akhir bulan?
Metode 50:30:20. Metode ini bisa kamu terapkan untuk mengelola gaji. Ada tiga pos di metode 50:30:20, yaitu kebutuhan utama, sekunder, serta tabungan dan jangka panjang.
Kamu bisa mengalokasikan 50 persen gaji untuk kebutuhan utama, seperti biaya makan, bayar tagihan listrik dan air, transportasi, serta cicilan. Lalu, 30 persen digunakan untuk kebutuhan sekunder, seperti berlibur, kuota internet, belanja, dan biaya lainnya. Atau, kamu bisa menggunakannya untuk membeli kendaraan baru. Sementara itu, 20 persen sisanya digunakan untuk kebutuhan jangka panjang dan darurat. Kamu bisa membaginya untuk tabungan, investasi, dana pensiun, dan dana darurat. Untuk dana darurat, sebaiknya kamu menyiapkan 3-12 kali dari pengeluaran bulanan. Tujuannya untuk menutup biaya kebutuhan darurat.
Metode 80:20. Metode yang disebut pareto ini fokus kepada efisiensi dan prioritas pembagian keuangan. Cocok banget buat kamu yang ogah ribet dalam mengatur keuangan bulanan.
Pembagiannya pun tidak serumit sebelumnya. Kamu bisa mengalokasikan 80 persen penghasilan untuk belanja bulanan, biaya makan, transportasi, tagihan air dan listrik, sampai kuota internet. Jika ternyata melebihi 80 persen, Sobat Treasury perlu mengganti atau mengurangi jumlah anggaran untuk setiap kebutuhan. Lalu, 20 persen sisanya dialokasikan ke tabungan dan investasi. Jangan lupa juga untuk membuat dana darurat, ya!
Metode kakeibo. Ya, kakeibo merupakan metode mengelola uang yang dipopulerkan oleh seorang wartawan dari Jepang. Masyarakat Jepang punya kebiasaan yang unik ketika bicara tentang anggaran. mereka menerapkan empat pertanyaan penting yang diterapkan di metode ini:
*Berapa banyak uang yang tersedia?
*Berapa banyak yang harus dibelanjakan?
*Berapa jumlah uang akan disimpan?
*Bagaimana caranya untuk meningkatkan proses anggaran?
Pertanyaan-pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah uang yang akan dibelanjakan. Tak hanya itu, pertanyaan ini juga bertujuan untuk melacak pengeluaran yang tidak terdaftar. Kamu bisa mencatatnya melalui catatan harian.
Besar anggaran bisa saja berubah dan tidak sesuai dengan yang disarankan oleh perencana keuangan karena mengikuti kebutuhan dan keadaan dompetmu. Dengan metode ini, Sobat Treasury bisa mengintropeksi kebiasaan belanja yang dilakukan.
Metode toples. Kamu pernah mendengar istilah ini, Sobat Treasury?
Dalam metode toples, Sobat membagi pengeluaran menjadi enam toples atau kelompok yang lebih spesifik. Angkanya menyesuaikan dengan kebutuhan setiap bulan. Jika tidak ada toples, kamu bisa menggunakan wadah lainnya, kok.
Misalnya, toples pertama berisi 55 persen penghasilan untuk keperluan bulanan, 10 persen gaya hidup, 10 persen investasi, 10 persen dana darurat, 5 persen sedekah, dan 10 persen kirim ke orang tua.
Bisa Manfaatkan Ini untuk Tempat Dana Darurat dan Investasi
Untuk tabungan, dana darurat, dan investasi, memang sebaiknya Sobat Treasury membedakan tempat penyimpanannya. Jika disatukan dengan rekening gaji, yang ada dana tiga pos ini bisa ikut terpakai.
Kamu bisa melirik emas sebagai tempat menyimpan dana darurat dan investasi. Ada banyak kelebihan yang ditawarkan logam mulia ini. Contohnya, emas ini termasuk instrumen yang sangat likuid alias mudah dijual. Kamu bisa menjualnya kapan pun sedang butuh. Cocok banget untuk dana darurat, kan?
Selain itu, harga logam mulia ini cenderung stabil dan bisa naik setiap tahun. Ditambah lagi nilainya aman dari inflasi. Dengan emas, uang dana darurat dan investasi akan lebih cepat terkumpul.
Apalagi, kamu bisa mendapatkan emas dengan lebih mudah. Sobat Treasury kini tak perlu lagi repot-repot pergi ke toko untuk membeli logam mulia. Kamu bisa mendapatkannya secara online melalui smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa kamu jadikan tempat untuk menghimpun dana darurat dan investasi. Harga emas yang ditawarkan sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu.
Tidak hanya emas murah, Sobat juga bisa mendapatkan banyak keuntungan dari Treasury. Misalnya, ada jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi yang dimiliki.
Selain itu, ada fitur-fitur menarik yang bisa kamu gunakan. Contohnya, Rencana Emas yang mempermudah kamu untuk merencanakan keuangan.
Saldo Emas digital yang kamu miliki bisa dijual sementara melalui fitur Jamimas atau dijual kapan pun sedang butuh. Menarik banget, kan? Makanya, yuk, investasi emas di Treasury sekarang!