Harga emas hari ini Rabu, 23 Juli 2025 masih berada di jalur penguatan setelah kembali menyentuh level tertinggi dalam lima minggu. Lonjakan harga emas didorong oleh ketidakpastian perdagangan global, pelemahan dolar AS, serta imbal hasil obligasi yang terus melandai menjelang tenggat waktu tarif 1 Agustus yang ditetapkan oleh Amerika Serikat.
Hingga pukul 06.47 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat melemah tipis 0,10% ke posisi USD3.427,85 per troy ons. Pelemahan ini terjadi setelah harga emas melejit 1,05% pada perdagangan Selasa (22/7/2025) ke level USD3.431,12 per troy ons. Penguatan tersebut memperpanjang reli dua hari beruntun dan menandai kembalinya emas ke atas USD3.400 untuk pertama kalinya sejak 13 Juni 2025.
Reli harga emas didorong oleh kombinasi pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang turun 0,47% ke 97,39, serta penurunan imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang jatuh 0,78% ke level 4,34%, terendah dalam hampir dua minggu. Keduanya memperkuat daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Ketidakpastian terhadap arah kesepakatan dagang antara AS dan mitra-mitra global turut menjadi pendorong utama. Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menilai bahwa kondisi pasar saat ini memicu permintaan terhadap aset safe haven. “Ketidakpastian perdagangan mendorong permintaan aset safe haven. AS sedang menggodok beberapa kesepakatan perdagangan dan ada rumor bahwa Uni Eropa dan AS mungkin tidak akan mencapai kesepakatan atau bahkan belum mendekati kesepakatan,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan bahwa dirinya akan bertemu dengan pejabat China pekan depan, membuka kemungkinan perpanjangan tenggat tarif hingga 12 Agustus. Ia juga menyebut bahwa AS siap mengumumkan “serangkaian kesepakatan perdagangan” dengan negara-negara lain. Namun, Uni Eropa justru memberi sinyal kemungkinan aksi balasan karena perjanjian yang diharapkan dengan AS semakin menjauh.
Harga Emas Hari Ini Rabu, 23 Juli 2025 di Indonesia
Sejalan dengan lonjakan harga emas dunia, harga beli emas Antam hari ini naik signifikan sebesar Rp24.000 menjadi Rp1.970.000 per gram dari posisi sebelumnya Rp1.946.000 per gram. Kenaikan ini merupakan penguatan harian terbesar dalam sepekan terakhir.
Harga buyback emas Antam juga mengalami kenaikan dengan nominal yang sama, dari Rp1.792.000 menjadi Rp1.816.000 per gram. Kenaikan harga ini mencerminkan sentimen positif pasar global dan meningkatnya permintaan di dalam negeri.
Sementara itu, harga emas di aplikasi Treasury justru mengalami sedikit koreksi teknikal setelah reli sebelumnya. Pada Rabu, 23 Juli 2025 pukul 13.00 WIB, harga emas Treasury tercatat berada di Rp1.862.502 per gram, turun tipis dari penutupan hari sebelumnya di Rp1.867.499 per gram. Koreksi ini disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) yang lazim terjadi setelah harga menembus resistance jangka pendek.
Prediksi Harga Emas Mendatang
Dalam waktu dekat, harga emas diperkirakan masih akan berada dalam tren bullish meskipun pergerakannya mungkin mulai melambat menjelang pertemuan FOMC pekan depan.
Jigar Trivedi, analis komoditas senior di Reliance Securities, menilai bahwa struktur teknikal emas tetap kuat. "Emas kemungkinan akan tetap bullish. Resistensi yang kuat terlihat di dekat USD3.420. Di sisi lain, USD3.350 merupakan level support," ujarnya.
Investor kini mulai memposisikan diri menjelang rapat The Federal Reserve (The Fed) minggu depan. Meskipun konsensus pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan, ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Oktober masih tinggi. Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga mencapai 59%.
Dari sisi politik, Scott Bessent meredakan ketegangan dengan mengatakan bahwa Ketua The Fed Jerome Powell tidak perlu mundur, meskipun sebelumnya ia mendorong peninjauan ulang terhadap bank sentral. Sementara itu, Wakil Ketua The Fed Michelle Bowman menekankan pentingnya menjaga independensi bank sentral, di tengah meningkatnya tekanan politik dari Gedung Putih.
Secara teknikal, emas berada di zona bullish berdasarkan daily time frame. Relative Strength Index (RSI) tercatat di level 63, menandakan kekuatan tren naik masih dominan. Namun Stochastic RSI kini berada di level 85, mendekati area jenuh beli (overbought), yang berarti potensi koreksi tetap perlu diwaspadai dalam jangka pendek.
