Harga emas terus memecahkan rekor. Pada Jumat, 3 Oktober 2025, emas diperdagangkan di kisaran USD3.855,73 per troy ons, naik hampir 50% sepanjang tahun ini. Lonjakan yang fantastis ini tak hanya memikat investor global, tapi juga menegaskan posisi emas sebagai aset yang semakin relevan.
Alih-alih langsung menyarankan anak muda masuk ke saham, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya emas sebagai pondasi awal. Pesan ini ia sampaikan saat wawancara di kantor Bloomberg pada Selasa, 30 September 2025.
“[Pilih] nabung sama emas? Nabung dulu, misalnya lewat emas. Nanti kalau udah banyak, baru pindah ke instrumen yang sedikit agak berisiko, mungkin saham atau reksa dana karena itu dilakukan oleh orang-orang profesional,” ujar Purbaya. Ia menambahkan, emas bisa menjadi pilihan investasi jangka panjang karena pergerakannya relatif lebih lambat, namun cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pesan ini sederhana tapi bermakna. Banyak anak muda menganggap saham lebih menarik karena potensi cuannya besar. Namun Menkeu mengingatkan soal kestabilan emas justru menjadi kunci agar generasi muda tidak terjebak euforia pasar tanpa bekal yang cukup.
Kondisi terkini semakin menegaskan alasan di balik pesan Menkeu Purbaya. Indeks Harga Konsumen (CPI) AS naik 2,9% yoy hingga Agustus 2025, sementara inflasi inti tercatat 3,1%. Angka ini memang melandai, tapi tetap lebih tinggi dari target The Fed sebesar 2%.
Artinya, tekanan harga masih nyata dan pasar global belum sepenuhnya stabil. Saham bisa terombang-ambing sentimen, sedangkan emas justru menjaga nilainya. Tidak heran jika emas disebut sebagai aset lindung nilai yang relevan untuk generasi ini.
Tips Investasi ala Menkeu Purbaya
1. Mulai dari Menabung Sebelum Mencoba Instrumen Berisiko
Sebelum terjun ke instrumen yang fluktuatif, Purbaya menekankan pentingnya menabung terlebih dahulu. Tabungan berfungsi sebagai bantalan keuangan dasar, sehingga investor punya cadangan saat kondisi mendesak. Dengan fondasi ini, langkah selanjutnya ke investasi terasa lebih aman.
2. Gunakan Emas Sebagai Pondasi Jangka Panjang
Purbaya menilai emas bisa dijadikan pondasi investasi yang tahan lama, apalagi nilainya cenderung stabil saat gejolak ekonomi. Namun, investor perlu memahami bahwa harga emas juga dipengaruhi dinamika global, mulai dari inflasi, kebijakan moneter, hingga ketegangan geopolitik.
3. Pertimbangkan Instrumen Lain Setelah Fondasi Emas Kuat
Purbaya menekankan, setelah memiliki tabungan yang cukup, barulah investor bisa mencoba instrumen berisiko lebih tinggi. Saham atau reksa dana dapat dipertimbangkan, namun perlu kesiapan mental menghadapi fluktuasi harga. Prinsipnya, jangan tergesa mengejar imbal hasil tanpa memahami konsekuensi.
4. Belajar Teori dan Fundamental Investasi agar Tidak Hanya Ikut Tren
Pentingnya agar Sobat belajar teori dasar dan fundamental investasi terlebih dahulu, agar setiap keputusan tidak hanya karena ikut tren, ikut-ikutan (fomo). Pengetahuan ini membantu investor menganalisis peluang dengan lebih objektif, sekaligus mengurangi risiko salah langkah yang sering dialami pemula.
Kenapa Sebaiknya Mulai dari Emas?
Pesan Menkeu sejatinya adalah ajakan agar masyarakat lebih realistis. Emas bisa menjadi pijakan yang kokoh sebelum melangkah ke investasi berisiko. Ada beberapa alasan kenapa langkah ini masuk akal:
1. Tren Jangka Panjang Harga Emas
Kenaikan harga emas sepanjang 2025 mencapai hampir 50%, meski inflasi global belum sepenuhnya terkendali. Fakta ini menegaskan emas punya tren jangka panjang yang konsisten naik. Bagi investor, tren ini memberikan dasar rasional untuk menjadikan emas sebagai pondasi investasi awal.
Inflasi Amerika Serikat pada Agustus 2025 tercatat 2,9% secara tahunan, dengan inflasi inti 3,1%. Angka ini melampaui target The Fed sebesar 2%. Dalam kondisi seperti ini, emas justru menguat. Fenomena ini memperlihatkan daya tahannya dibanding instrumen lain yang cenderung melemah.
Momentum penguatan emas bukan hanya bersifat jangka pendek. Faktor global seperti pelemahan dolar, ketegangan geopolitik, serta arah kebijakan moneter mendukung tren kenaikan harga emas. Menkeu Purbaya menekankan, tren ini dapat menjadi pijakan kokoh sebelum melangkah ke instrumen berisiko tinggi.
2. Stabil Dibanding Instrumen Lain
Dibanding saham atau kripto, emas lebih stabil karena tidak mudah terombang-ambing sentimen pasar. Saat terjadi gejolak global, nilai emas tetap terjaga. Stabilitas ini penting bagi investor yang ingin keamanan aset, terutama pemula yang belum terbiasa menghadapi fluktuasi besar.
Pasar saham bisa bergerak liar akibat isu politik, suku bunga, hingga sentimen investor. Kripto bahkan lebih volatil dan tidak memiliki fundamental jelas. Emas sebaliknya, cenderung menjaga nilainya di tengah kondisi sulit. Hal ini membuatnya relevan bagi investor konservatif.
Purbaya menilai kestabilan emas memberi pelajaran penting: jangan terjebak euforia pasar. Bagi masyarakat, logika ini berarti emas bisa berfungsi sebagai pagar. Saat instrumen lain mengalami tekanan, emas tetap hadir sebagai aset pelindung yang menjaga kekayaan tetap bernilai.
3. Sederhana dan Ramah Pemula
Berbeda dengan saham yang memerlukan analisis teknikal dan fundamental, emas jauh lebih sederhana. Investor tidak harus memantau laporan keuangan atau grafik harga kompleks. Dengan modal kecil sekalipun, masyarakat bisa mulai berinvestasi emas tanpa merasa kewalahan oleh kerumitan pasar.
Kesederhanaan emas membuatnya ramah untuk semua kalangan, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Aksesnya semakin mudah berkat platform digital, sehingga investasi emas dapat dilakukan secara praktis. Faktor ini membuat emas menjadi langkah awal yang logis sebelum ke instrumen lain.
Menkeu Purbaya menegaskan, membangun fondasi melalui emas penting agar masyarakat tidak hanya ikut tren tanpa pemahaman. Dengan pijakan ini, investor bisa lebih percaya diri mengembangkan portofolio di masa depan. Emas menjadi pintu masuk strategis menuju instrumen berisiko lebih tinggi.
Faktor-faktor ini mendorong emas semakin dilirik sebagai instrumen strategis. Memulai investasi dengan emas sekarang bukan sekadar ikut-ikutan tren, melainkan memanfaatkan siklus global yang mendukung penguatan jangka panjang. Tak heran Menkeu lebih condong pada emas.
Pesan Menkeu Purbaya adalah pengingat penting bahwa emas bisa menjadi pijakan kokoh sebelum melangkah ke instrumen berisiko. Inflasi belum sepenuhnya terkendali, saham rentan fluktuasi, sementara emas justru bersinar sebagai penjaga nilai kekayaan.
Di era digital, berinvestasi emas semakin mudah. Melalui aplikasi seperti Treasury, Sobat bisa membeli emas digital mulai dari nominal kecil, aman, dan praktis. Momentum emas ada di depan mata, tinggal keberanian untuk memulainya.